LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
DIURETIK
Kelas VA
Kelompok 1
Disusun
oleh :
·
Arif
Azmi Nugroho (0904015026)
·
Ika
Budisiswati (0904015132)
·
Muhammad
Zaki Sopiani (0904015185)
·
Nita
Apriliana (0904015194)
·
Nurhidayat (0904015204)
·
Riki Subagja (0904015228)
Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengrtahuan Alam
Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
JAKARTA 2011
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Pengeluaran
urin atau diuresis dapat diartikan sebagai penambahan produksi volume urin yang
dikeluarkan dan pengeluaran jumlah zat zat terlarut dalam air.Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran
urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan penghambat transpor ion yang
menurunkan reabsorbsi Na+ dan ion lain seperti Cl+ memasuki
urine dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama
air, yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic.
Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi meningkat karena Natrium lebih
banyak dalam urine, dan mengikat air lebih banyak didalam tubulus ginjal. Dan
produksi urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretic meningkatkan
volume urine dan sering mengubah PH-nya serta komposisi ion didalam urine dan
darah.
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya
penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah
pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu diuretik osmotik yaitu yang bekerja dengan cara menarik
air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal dan
penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal, seperti
diuretik tiazid (menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada ansa Henle pars
ascendens), Loop diuretik (lebih poten daripada tiazid dan dapat menyebabkan
hipokalemia), diuretik hemat kalium (meningkatkan ekskresi natrium sambil
menahan kalium).
Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi normal. Proses
diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan kapiler)
yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang
bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam dan
glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air
serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus
seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Di sini
terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting
bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan
pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang tak berguna seperti
”sampah” perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap
kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran
pengumpul (ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air
kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin.
b.
Tujuan
-
mengetahui metoda pengujian obat diuretik,
potensi obat diuretik
-
memahami kerja dari berbagai obat diuretik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine
(diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral
lain pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema
dan mengurangi free load. Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk
antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi
atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru paru .
di samping ituh berkurang nya volume darah akan mengurangi kerja jantung.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik.
1.
Pertama,
tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium
banyak.
2.
Status fisiologi dari organ. Misalnya
dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini
akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
3.
Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan
bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih
dan juga air diperbanyak.
Mekanisme
kerja diuretika
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi
reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari
air-diperbanyak. Obat-obat ini
bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni:
1. Tubuli proksimal.
Ultrafiltrat
mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk
70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum.
Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak
berubah dan tetap isotonis terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus
proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
2. Lengkungan Henle.
Di
bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi
direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+
dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis.
Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl-
begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak .
3. Tubuli distal.
Dibagian
pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat
menjadi lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan
klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+
dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+
ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan
zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan
retensi K+ .
4. Saluran Pengumpul.
Hormon
antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi permeabilitas
bagi air dari sel-sel saluran ini.
B. Penggolongan diuretik
Diuretik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :
a.
Diuretik Kuat
Diuretik
kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan
epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan
klorida.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6).
Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru.
Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa
bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida
yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi.
Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending
dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem
kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca.
Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat
adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
b.
Diuretic hemat kalium
Diuretik
hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan
jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren
dan amilorida). Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi
dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi
reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara kompetitif oleh
antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron
mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari
dan bertahan sampai beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya
diuretisnya agal lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek
dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat
mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan
diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya,
kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif
waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada
penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido
pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.
c.
Diuretik
golongan tiazid
Diuretik
golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama,
terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung.
Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya
(diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Obat-obat diuretik
yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid,
hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan
dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan
daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak
digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang
karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus
sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh.
Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008).
d.
Diuretik golongan penghambat enzim karbonik
anhidrase
Diuretik
ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal,
sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak,
bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa
hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-seling. Asetozolamidditurunkan r
sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase
yang mengkatalis reaksi berikut:
CO2
+ H2O H2CO3 H+ + HCO3+
Akibat
pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+
lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K,
bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi.
Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu
paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh.
Obat patennya adalah Miamox. Yang termasuk golongan diuretik ini
adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
e.
Diuretik osmotik
Istilah
diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic
osmotic apabila memenuhi 4 syarat:
1.
difiltrasi secara bebas oleh
glomerulus.
2.
tidak atau hanya sedikit
direbasorbsi sel tubulus ginjal.
3.
secara farmakologis merupakan zat
yang inert, dan
4.
umumnya resisten terhadap
perubahan-perubahan metabolic.
Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam
jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma,
filtrate glomerulus dan cairan tubuli
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik
osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik
osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik
osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang
tinggi, atau adanya faktor lain.
Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air
juga terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan
eksresi Na sedikit. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ;
manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat
an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada
tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik.
Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada
glaucoma.
beberapa Mekanisme aksi dari kerja Manitol
sekarang ini adalah segagai berikut:
1. Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang
penting untuk mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan
aliran darahj keotak, yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh
darah arteriola dan menurunkan volume darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat
(menit).
2. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam
jaringan otak yang mengalami injuri, manitol menurunkan kandungan air pada
bagian otak yang yang tidak mengalami injuri, yang mana bisa memberikan ruangan
lebih untuk bagian otak yang injuri untuk pembengkakan (membesar).
3. Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena lebih efektif dari
pada infuse lambat dalam menurunkan Peningkatan Tekanan intra cranial.
4. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan
gagal ginjal. ini dikarenakan efek osmolalitas yang segera merangsang aktivitas
tubulus dalam mensekresi urine dan dapat menurunkan sirkulasi ginjal.
5. Pemberian Manitol bersama Lasik (Furosemid) mengalami efek yang
sinergis dalam menurunkan PTIK. Respon paling baik akan terjadi jika Manitol
diberikan 15 menit sebelum Lasik diberikan. Hal ini harus diikuti dengan
perawatan managemen status volume cairan dan elektrolit selama terapi Diuretik.
C. Obat diuretik
1. Diuretik
hemat kalium
Diuretik
yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam
urine.
Yang
termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid.
Ø Antagonis
Aldosteron
Aldosteron
adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah
memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi
kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan
reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi
kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan
kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya
termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan
reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat
aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang
menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis.
Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
Mekanisme kerja
Penghambatan
kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk
menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+
Farmakokinetik
70%
spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik
dan
metabolisme
lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi
enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.
Efek samping
Efek
toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering
terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang
berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantaranya
ginekomastia, dan gejala saluran cerna
Indikasi
Antagonis
aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter.
Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi
kalium, disamping memperbesar diuresis.
Sediaan dan dosis
Spironolakton
terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg,
tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau
terbagi.Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan
hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Ø
Triamteren dan Amilorid
Kedua
obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksresi kalium
berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren
menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan
dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah
larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui
saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya
biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira
50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.
Efek samping
Efek
toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia.
Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang
kaki, dan pusing.
Efek
samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah,
diare dan sakit kepala.
Indikasi
Bermanfaat
untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan
bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.
Sediaan
Triamteren
tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap penderita
harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri.Amilorid
terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan
kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk
tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.
2.
Diuretik kuat
Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa Henle bagian asenden, karena itu
kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini
adalah asam etakrinat, furosemid, dan bumetanid.
Ø
Furosemid
Farmakokinetik :
Obat furosemid mudah diserap
melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65% diuretik kuat terikat pada
protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi
cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli
proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin
sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi.
Mula kerja Furosemid pesat,
oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5
jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%
BAB III
METODOLOGI
Alat dan Bahan :
1.
Hewan uji (tikus ) 2
ekor
2.
Timbangan
3.
Sonde dan alat suntik
4.
Kandang metabolisme
5.
Kapas, gelas ukur,
alcohol
6.
Obat : furasemid
injeksi dengan konsentrasi 10 mg/ml
7.
Aqua bidestilata
Prosedur Kerja :
1. Siapkan
alat dan bahan
2. Siapkan
hewan uji : 2 ekor tikus
3. Timbang
tikus (hitung vol.air hangat dan dosis furosemid yang akan diinjeksikan)
4. Beri
tikus air hangat dengan menggunakan sonde (oral)
5. Suntikan
obat (furasemid) secara intra peritoneal dengan dosis 20 mg/kgBB dan 160
mg/kgBB
6. Masukan
hewan uji (tikus) dalam kandang metabolisme dan tampung urin selama 10’ 30’ dan
60 menit
7. Catat
volume urin tiap 10’ 30’ dan 60’ setelah pemberian obat
8. Hitung
presentase volume urine kumulatif selama 60’ terhadap vol air yang diberikan
secara oral
9. Buat
kurva hubungan antara dosis obat yang diberikan dengan vol urin yang
dikeluarkan selama 60’
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
I.
Hasil
Pengamatan
Tikus
|
BB (gram)
|
Dosis (VAO)
|
Waktu Pemberian
|
Volume Urin (ml)
|
|||
10’
|
30’
|
60’
|
Total
|
||||
I
|
240 gr
|
0,0432 ml
|
12.00
|
0,4 ml
|
2,4 ml
|
1,8 ml
|
4,6 ml
|
II
|
193 gr
|
0,2779 ml
|
11.56
|
1 ml
|
0,8 ml
|
2,2 ml
|
4 ml
|
Ø Tikus
I dengan dosis 20 mb/kgBB
BB tikus = 240
gr
Konsentrasi
furasemid = 10 mg/ml
Dosis
konversi = 20 mg x 0,018
= 0,36 mg/200 gr BB tikus
= 0,0018 mg/ BB
tikus
VAO = 0,0018 mg/gr x 240 gr
[10
mg/ml]
= 0,0432 ml
Vol. air
hangat = 1 % x BB tikus
= 1 % x 240 gr
= 2,4 ml
Ø Tikus
II dengan dosis 160 mb/kgBB
BB tikus = 193
gr
Konsentrasi
furasemid = 10 mg/ml
Dosis
konversi = 160 mg x 0,018
= 2,88 mg/200 gr BB tikus
= 0,0144 mg/ BB tikus
VAO = 0,0144 mg/gr x 193 gr
[10 mg/ml]
= 0,2779 ml
Vol. air
hangat = 1 % x BB tikus
= 1 % x 193 gr
= 1,93 ml
II.
Kurva
Hubungan Dosis dengan Volume Urin
·
Tikus I dengan dosis 20
mb/kgBB
%
vol tikus
10’ = 0,4 ml x 100 % =16,67
%
2,4 ml
30’ = 2,4 ml x 100 % =
100 %
2,4 ml
60’ = 1,8 ml x 100 % =
75 %
2,4 ml
%
vol total = 0,4 ml + 2,4 ml + 1,8 x 100 %
2,4 ml
= 191,67 %
·
Tikus II dengan dosis
160 mb/kgBB
%
vol tikus
10’ = 1 ml x 100 % = 51,81 %
1,93 ml
30’ = 0,8 ml x 100 % = 41,45
%
1,93 ml
60’ = 2,2 ml x 100 % =
113,99 %
1,93 ml
%
vol total = 1 ml + 0,8 ml + 2,2 ml x 100 %
1,93 ml
= 207,25 %
III.
Pembahasan
Praktikum kali ini berkaitan dengan
diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem,
yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume
cairan ekstra sel kembali menjadi normal.
Proses pengerjaan praktikum ini
adalah, dengan dua hewan uji (tikus) dengan BB yang berbeda diinjeksikan menggunakan
furosemid dengan dosis yang berbeda. Furosemid termasuk kedalam golongan
diuretik kuat. Mekanisme kerjanya dengan menyebabkan ginjal untuk membuang air
dan garam yang tidak dibutuhkan dari tubuh melalui urin.
Tikus 1 diberi furosemid dengan dosis 20 mg/kgBB
sedangkan tikus 2 diberi furosemid dengan dosis 160 mg/kgBB. Sebelum diberi
obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat menggunakan sonde. Tujuan nya adalah
untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin yang dikeluarkan. Pada tikus
1 dengan berat badan 240 gram paling banyak mengeluarkan urine pada menit ke 30 yaitu sebanyak 2,4 ml sedangkan paling
sedikit pada menit ke 10 yaitu 0,4 ml. Pada tikus 2 dengan berat badan 193 gram
dapat mengeluarkan urine paling banyak pada menit ke 60 yaitu 2,2 ml dan paling
sedikit pada menit ke 30 yaitu 0,8 ml. Cara kerja obat furosemid, karena
furosemid adalah diuretik kuat yang digunakan untuk menghilangkan air dan garam
dari tubuh. Pada ginjal, bahan-bahan seperti garam,air dan molekul kecil
lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk kedalam tubulus
ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi air seni. Sebagian besar natrium,
klorida dan air yang disaring dari darah diserap kedalam darah sebelum cairan
disaring menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh. Furosemid bekerja
menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring
dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan mendalam output urin.
BAB V
KESIMPULAN
Ø Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
Ø Diuretik dapat di golongkan menjadi beberapa
golongan : diuretik kuat, diuretik hemat kalium, diuretik golongan tiazid, golongan penghambat enzim karbonik anhidrase,
diuretik osmotik
Ø Furosemid,
adalah sebuah obat yang digunakan untuk meningkatkan produksi urin.
Ø Fungsi utama
diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi
normal.
DAFTAR PUSTAKA
2.
http://medicastore.com/apotik_online/obat_jantung/obat_diuretik.htm,
di akses pada tanggal 28 November 2011
3.
http://www.scribd.com/doc/33046836/DiuRetiK,
di akses pada tanggal 28 November 2011
4.
Mary.J, Miycek, Richard A. Harvey,
Pamela C. Champe ; alih bahasa, Azwar Agoes.
2001. Farmakologi Ulasan bergambar
edisi 2. Jakarta : Widya Medika