Pagi hari Sabtu (3/8/2013), rumah sakit Maidan Rab'ah al 'Adawiyah
mengumumkan bahwa RS kehabisan stok obat-obatan, darah dan tenaga medis,
karena saking banyaknya korban penembakan subuh itu. Pengumuman
disampaikan melalui FB, twitter, televisi (aljazeera mubasyir) dan dari
mulut ke mulut. Hanya berlangsung dua jam setelah pengumuman RS
kebanjiran obat- obatan, sumbangan darah, peralatan medis, dan tenaga
medis. Ada 65 ranjang berdatangan entah dari
mana, dan ada 400 orang dokter dari segala spesialis menyumbangkan tenaga dan kemampuannya dengan gratis.
Tidak lama berlangsung RS justru kekurang lemari es untuk penyimpan
darah. Pengumumanpun kembali disebarkan bahwa RS butuh 2 buah kulkas.
Tidak sampai satu jam 6 kulkas diantarkan oleh masyarakat. Bukan kulkas
bekas, tapi baru keluar dari toko. Sampai malam kulkas masih berdatangan
sampai berjejer di samping panggung. Di antara yang mengantarkan obat-
obat itu adalah seorang penulisterkenal Ihab Mu'awwad.
Sesampainya di RS ia menemui direktur RS dan menyampaikan kalau ia
datang membawa satu truk obat- obatan yang telah ia kumpulkan dengan
uang halal dari sumbangan keluarganya sendiri. Namun jawaban direktur RS
sangat mengecewakan:
"Maaf, datang terlambat, pihak RS tidak membutuhkan obat-obatan lagi, karena obat yang sudah
terkumpul sudah cukup untuk seumur hidup. Nanti kalau kami butuh sesuatu kami akan menghubungi anda".
Dengan memelas ia berkata:
Tolonglah terima sumbangan saya ini. Dokter berkata sambil bercanda dan
senyum: Kami sekarang tidak butuh obat lagi, tapi butuh orang sakit.
Hikmah Allah selalu ada dalam kondisi apapun. Saat ini Allah ingin
memperlihatkan bagaimana watak asli orang Mesir yang sangat peduli
kepada orang lain dan suka berkorban demi orang lain. Rab'ah al
'Adawiyah jadi pusat percontohan peradaban Islam sesungguhnya yang
dibina di atas akhlak yang sangat luhur. Allah ingin menampilkan rakyat
yang siap untuk mengembalikan Palestina dan mesjid al Aqsha ke pangkuan
Islam.