PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah
merupakan serangkaian perjuangan keagamaan yang selalu berkaitan dengan
aktivitas managerial secara professional untuk mempengaruhi,
mengajak dan menuntun manusia menuju kebenaran Islam. Dalam Al-Quran Allah berfirman: “Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).”
(QS. Luqman: 17)
Kegiatan
dakwah
mendorong manusia untuk berbuat lebih
baik, merupakan suatu proses pengamalan terhadap ajaran agama yang di sampaikan
dengan tanpa adanya unsur-unsur
paksaan dan dilakukan atas dasar kesadaran akan kewajiban moral setiap individu
muslim terhadap agamanya.
Untuk saat ini, situasi dan
kondisi atau keadaan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terbentuknya
sikap manusia (amer ma’ruf nahi mungkar). Agar tercipta manusia yang amar ma’ruf nahi mungkar maka sangat penting untuk memupuk
sikap tersebut sejak dini. Oleh karena itu, kami melakukan dakwah ke panti
asuhan.
B. Tujuan
·
Meningkatkan kecerdasan sosial mahasiswa
melalui interaksi langsung dan partisipasinya dalam penyelesaian berbagai
masalah sosial.
·
Wadah pembelajaran bagi mahasiswa dan
masyarakat untuk berinteraksi dan untuk secara bersama-sama memberdayakan diri
dan menemukan solusi atas masalah-masalah yang dihadapi.
·
Menjembatani antar kebutuhan kaum dhuafa
dengan kepedulian kaum aghniya dalam sebuah program pemberdayaan.
·
Mahasiswa dapat belajar kearifan dari
sejarah dan pengalaman pengelolaan lembaga-lembaga sosial dalam peran dan
partisipasinya memberdayakan masyarakat.
·
Mengembangkan kesadaran dalam diri
mahasiswa bahwa ilmu, keahlian, dan keterampilan yang dimilikinya sangat
bermanfaat bagi proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat jika
ditransformasikan dengan pendekatan-pendekatan yang tepat dan bisa diterima
masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Tujuan Da'wah
Da'wah
Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da'wah yang artinya
seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da'wah berarti menyeru atau
mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh
berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt.
dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Da'wah
adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama di samping amar ma'ruf
dan nahi munkar. Terhadap umat Islam yang telah melaksanakan risalah
Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok yakni da'wah, amar ma'ruf,
dan nahi munkar, Allah memberi mereka predikat sebagai umat yang
berbahagia atau umat yang menang .
Dakwah
lapangan yang
kelompok kami lakukan merupakan kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa yang
dilakukan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat, membantu masyarakat menjadi
lebih berdaya dan lebih mandiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dihadapi. Kegiatan pembelajaran ini
dikelola melalui mata kuliah Kemuhammadiyahan.
Adapun mengenai tujuan da'wah, yaitu:
1.
Mengubah
pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan bahwa yang menjadi maksud
dari da'wah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup
bukanlah makan, minum dan tidur saja. Manusia dituntut untuk mampu
memaknai hidup yang dijalaninya.
2.
Mengeluarkan
manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini diterangkan dalam firman
Allah: "Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu untuk mengeluarkan manusia
dari gelap gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan
yang perkasa, lagi terpuji." (QS. Ibrahim: 1)
B. Urgensi dan Strategi Amar ma'ruf
Nahi munkar
Dalam
Al-Qur'an dijumpai lafadz "amar ma'ruf nahi munkar" pada
beberapa tempat. Sebagai contoh dalam QS. Ali Imran: 104: "Hendaklah
ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang
yang beruntung". Hasbi Ash Siddieqy menafsirkan ayat ini:
"Hendaklah ada di antara kamu suatu golongan yang menyelesaikan urusan
dawah, menyuruh ma'ruf (segala yang dipandang baik oleh syara` dan akal) dan
mencegah yang munkar (segala yang dipandang tidak baik oleh syara` dan akal)
mereka itulah orang yang beruntung."
Bila
dicermati, ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa amar ma'ruf nahi
munkar merupakan perkara yang benar-benar urgen dan harus diimplementasikan
dalam realitas kehidupan masyarakat. Secara global ayat-ayat tersebut
menganjurkan terbentuknya suatu kelompok atau segolongan umat yang intens
mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kejelekan. Kelompok tersebut bisa
berupa sebuah organisasi, badan hukum, partai ataupun hanya sekedar kumpulan
individu-individu yang sevisi. Anjuran tersebut juga dikuatkan dengan hadits
Rasulullah: "Jika kamu melihat umatku takut berkata kepada orang
dzhalim, 'Hai dzhalim!', maka ucapkan selamat tinggal untuknya."
Hamka
berpendapat bahwa pokok dari amar ma'ruf adalah mentauhidkan Allah,
Tuhan semesta alam. Sedangkan pokok dari nahi munkar adalah mencegah
syirik kepada Allah. Implementasi amar ma'ruf nahi munkar ini
pada dasarnya sejalan dengan pendapat khalayak yang dalam bahasa umumnya
disebut dengan public opinion, sebab al ma'ruf adalah apa-apa
yang disukai dan diingini oleh khalayak, sedang al munkar adalah segala
apa yang tidak diingini oleh khalayak. Namun kelalaian dalam ber-amar ma'ruf
telah memberikan kesempatan bagi timbulnya opini yang salah, sehingga yang
ma'ruf terlihat sebagai kemunkaran dan yang munkar tampak sebagai hal yang
ma'ruf.
Konsisnten
dalam ber-amar ma'ruf nahi munkar adalah sangat penting dan
merupakan suatu keharusan, sebab jika ditinggalkan oleh semua individu dalam
sebuah masyarakat akan berakibat fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan
hancurnya sistem dan tatanan masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa
masyarakat itu layaknya sebuah bangunan. Jika ada gangguan yang muncul di salah
satu bagian, amar ma'ruf nahi munkar harus senantiasa diterapkan
sebagai tindakan preventif melawan kerusakan. Mengenai hal ini Rasulullah Saw.
memberikan tamsil: "Permisalan orang-orang yang mematuhi larangan Allah
dan yang melanggar, ibarat suatu kaum yang berundi di dalam kapal. Di antara
mereka ada yang di bawah. Orang-orang yang ada di bawah jika hendak mengambil
air harus melawati orang-orang yang ada di atas meraka. Akhirnya mereka berkata
'Jika kita melubangi kapal bagian kita, niscaya kita tidak akan mengganggu
orang yang di atas kita'. Jika orang yang di atas membiarkan mereka melubangi
kapal, niscaya semua akan binasa. Tetapi jika orang yang di atas mencegah, maka
mereka dan semuannya akan selamat."
Suatu
kaum yang senantiasa berpegang teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi
munkar akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah Swt. yang antara lain
berupa:
1.
Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang
setinggi-tingginya (QS. Ali Imran: 110).
2.
Terhindar dari kebinasaan sebagaimana
dibinasakannya Fir'aun beserta orang-orang yang berdiam diri ketika melihat
kedzalimannya.
3.
Mendapatkan pahala berlipat dari Allah
sebagaimana sabda Nabi Saw.: "Barangsiapa yang mengajak kepada
kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang
mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun".
4.
Terhindar dari laknat Allah sebagai mana
yang terjadi pada Bani Isra'il karena keengganan mereka dalam mencegah
kemunkaran. (QS. Al-Maidah: 78-79).
Secara
prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan kebenaran dan
melarang dari kemunkaran. Rasul Saw. bersabda: "Barang siapa di antara
kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya,
apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu
hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah
selemah-lemahnya iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang
Muslim untuk ber-amar ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan
kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi
munkar minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik,
ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak
ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.
Da'wah
dan amar ma'ruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan menghantarkan
dan menyajikan ajaran Islam secara sempurna. Metode yang di terapkan dalam
menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar tersebut sebenarnya akan
terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang dihadapi
para da'i. Amar ma'ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa
fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui hujjah
yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan membangkitkan kesadaran
dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan yang dimiliki.
Ketegasan
dalam menyampaikan amar ma'ruf dan nahi munkar bukan berarti
menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus dengan strategi yang
halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar tidak menimbulkan
permusuhan dan keresahan di masyarakat. Penentuan strategi dan metode amar
ma'ruf nahi munkar harus mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat
yang dihadapi. Jangan sampai hanya karena kesalahan kecil dalam menyampaikan amar
ma'ruf nahi munkar justru mengakibatkan kerusakan dalam satu umat
dengan social cost yang tinggi.
Dalam
menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan
beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk
masyarakat:
1.
Hendaknya amar ma'ruf nahi
munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi
penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang lain. Ingatlah ketika Allah
berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir'aun
(QS. Thaha: 44).
2.
Islam adalah agama yang berdimensi
individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim
dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara amar ma'ruf yang
baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
3.
Menyampaikan amar ma'ruf nahi
munkar disandarkan kepada keihklasan karena mengharap ridla Allah, bukan
mencari popularitas dan dukungan politik.
4.
Amar ma'ruf
nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur'an dan Al-Sunnah, serta
diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan.
Dalam
menyampaikan da'wah amar ma'ruf nahi munkar, para da'i dituntut
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, baik kepada Allah maupun masyarakat
dan negara. Bertanggung jawab kepada Allah dalam arti bahwa da'wah yang ia
lakukan harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang telah digariskan
oleh Al Qur'an dan Sunnah. Bertanggung jawab kepada masyarakat atau umat
menganduang arti bahwa da'wah Islamiyah memberikan kontribusi positif bagi
kehidupan sosial umat yang bersangkutan. Bertanggung jawab kepada negara mengandung
arti bahwa pengemban risalah senantiasa memperhatikan kaidah hukum yang berlaku
di negara dimana ia berda'wah. Jika da'wah dilakukan tanpa mengindahkan hukum
positif yang berlaku dalam sebuah negara, maka kelancaran da'wah itu sendiri
akan terhambat dan bisa kehilangan simpati dari masyarakat.
C.
Metode
Dakwah (Thariqah)
Metode
adalah cara tertentu yang dapat ditempuh untuk mencapai satu tujuan. Metode
dakwah, berarti suatu cara dalam melakukan kegiatan dakwah secara sistematis
yang dapat dilakukan oleh seorang da’i dalam melaksanakan tugas dakwahnya,
seperti: ceramah (retorika), tanya jawab, percakapan antar pribadi (individual
converence), pendidikan dan pengajaran Islam dan lain sebagainya.
Keberadaan
metode dakwah adalah unsur yang sangat erat kaitannya dengan media dakwah
(wasilat al da’wah). Jika wasilah merupakan alat yang dipergunakan untuk
menyampaikan ajaran Islam, maka metode (thariqah) adalah cara cara yang
digunakan dalam melaksanakan aktifitas dakwah.
Diantara
beberapa metode yang dapat digunakan dalam kegiatan dakwah dan upaya penyebaran
nilai-nilai keislaman, antara lain seperti yang telah disebutkan dalam Al
Qur'an:Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (Qs. An
Nahl: 125).
Dari ayat di atas dapat
disimpulkan bahwa ada tiga metode dakwah yang dapat digunakan oleh seorang da'i
dalam menyampaikan pesan dakwahnya yaitu:
1.
Hikmah, yaitu berdakwah dengan
memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Sehingga dalam menjalankan
ajaran ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi terpaksa atau keberatan.
2.
Mauidzhah Hasanah, yaitu berdakwah
dengan memberikan nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran ajaran Islam dengan
rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran Islam yang disampaikan dapat
menyentuh hati mereka.
3.
Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara
bertukar pikiran atau membantah dengan cara yang sebaik baiknya tanpa
mendiskridetkan posisi mad’u
BAB
III
LAPORAN KEGIATAN
LAPORAN KEGIATAN
A. Judul
Kegiatan : Kunjungan Panti Asuhan “Mizan
Amanah”
B. Hari,
Tanggal Kegiatan : Minggu, 03 Juni 2012
C. Laporan
Keuangan :
1.
Pemasukan
No.
|
Keterangan
|
Jumlah
|
1.
|
Infaq Mahasiswa
|
Rp 250.000
|
2.
|
Donatur
|
Rp 310.000
|
Saldo
|
Rp 560.000
|
2.
Pengeluaran
No.
|
Keterangan
|
Jumlah
|
1.
|
Makan siang @15
x 7.000
|
Rp 105.000
|
2.
|
Infaq ke Yayasan Mizan Amanah
|
Rp 250.000
|
3.
|
Santunan @10 x 20.000
|
Rp 200.000
|
Saldo
|
Rp 5.000
|
D. Susunan Acara:
Waktu (WIB)
|
Kegiatan
|
09.00-10.00
|
Pembukaan (Pembacaan Al-Quran, sambutan Ketua Panti
Asuhan Mizan Amanah)
|
10.00-11.30
|
Pemutaran film “Taree Zamen Par” (tentang perjuangan
anak), dan tanya jawab/diskusi
|
12.00-13.00
|
ISHOMA ( istirahat, solat,
makan )
|
13.00-14.40
|
Games (menyusun korek api), pembagian santunan,
penutupan Ketua Panti Asuhan Mizan Amanah dan perwakilan mahasiswa
|
Pada
tanggal 03 Juni 2012, kelompok kami mengadakan dakwah lapangan ke panti
asuhan Mizan Amanah yang berlokasi di
Jl. Perumnas Raya No. B10 /3 Duren Sawit, Jakarta Timur. Acara dimulai pada jam
09.00 WIB dengan pembacaan Al-Quran dan sambutan dari ketua panti, yaitu bapak
Abi Nurdin.
Setelah
pembukaan, dilanjutkan dengan pemutaran film yang berjudul “Taree
Zamen Par”
yang artinya “Setiap Anak Istimewa”. Dalam film tersebut diceritakan tentang
perjuangan seorang anak yang mengalami penyakit disleksia. Disleksia adalah kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan
kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat
kepandaian dan tingkat pendidikan. Dengan adanya pemutaran film tersebut, kami
mengharapkan agar anak-anak dapat termotivasi untuk terus belajar . setelah
pemutaran film, kami mengadakan tanya jawab serta diskusi tentang film
tersebut. Kemudian shalat Dzuhur berjamaah dan makan siang.
Setelah makan siang, kami mengadakan games menyusun korek api sesuai dengan
gambar yang kami berikan. Pada prakteknya, anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok
dan masing-masing kelompok diberi waktu selama 1 menit untuk melihat gambar
susunan korek api yang telah kami siapkan untuk kemudian dibuat susunannya
sesuai gambar. Setelah games berakhir, kami mulai membagikan santunan dan
beberapa kado untuk anak-anak. Anak-anak juga menampilkan tarian yang diajarkan
di panti, walaupun mereka menampilkannya merasa malu-malu dan kemudian
dilanjutkan dengan penutupan oleh ketua panti asuhan Mizan Amanah dan perwakilan
mahasiswa.
BAB
IV
PENUTUP
Dakwah adalah kata yang pastinya (atau
seharusnya) akrab di telinga kita. Sedikit waktu seharusnya dapat kita luangkan untuk
berdakwah karena sebanyak 24 jam waktu yang Allah berikan pada
hamba-Nya setiap hari. Berikut
ini sedikit kata-kata tentang dakwah, yang semoga dapat memotivasi kita untuk
terus berdakwah agar tercipta manusia yang senantiasa amer ma’ruf nahi mungkar.
Tentang
Dakwah
dakwah itu memberi bukan meminta
dakwah itu berbicara militansi bukan
kemalasan
dakwah itu profesional bukan asal-asalan
dakwah itu mengenai ketaatan bukan
suudzon yang mengacaukan barisan
di jalan dakwah ini orang berhimpun
dalam satu tujuan untuk mencurahkan
mahabbah pada Rabbnya
bersatu dalam membela agama dan
syariat-Nya
ya Allah masukkanlah aku dalam kalifah
dakwah - Mu
karena Syurga Allah hanya bisa
ditebus dengan perjuangan
bergeraklah, tulang-tulang perkasa!!!