PENGUJIAN
EFEKTIVITAS BAHAN PENGAWET
(NIPAGIN)
BAB
I
PENDAHULUAN
Prinsip Percobaan
Berdasarkan Angka Lempeng Total dan metode Pelat.
Tujuan Percobaan
Agar mahasiswa mengetahui efektivitas bahan pengawet terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Bahan pengawet adalah bahan tambahan
yang sering digunakan pada obat, makanan, kosmetika dan bahan alam. dengan
tujuan untuk memperpanjang masa sampannya tetapi tidak untuk tujuan menutupi
keburukan sediaan tersebut.
Bahan pengawet yang dipakai dapat
berupa bahan alam atau bahan sintesis/kimia. beberapa contoh bahan pengawet
alam adalah kunyit, jahe, laja. sedangkan bahan pengawet sintesis yaitu :
senyawa benzoat, sorbat, nipagin, dan masih banyak yang lain.
Pemilihan bahyan sebagai pengawet
sangat tergantung dari sifat fisika dan kimia sediaan yang akan di awetkan dan
tujuan penggunaan pengawet tersebut, sehingga jenis dan jumlah yang digunakan
dapat bervariasi. misalnya penggunaan benzoat untuk minuman ringan, yang
diijinkan adalah tidak boleh lebih dari 500mg/kg. semua ini diatur oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, melalui PerMenKes RI.
No.722/MenKes/Per/88 yang telah direvisi pada tahun 2001. Diharapkan melalui
cara ini penggunaan bahan pengawet pada semua sediaan dapat diawasi dengan
ketat.
Untuk dapat mengefektifkan
penggunaannya, Farmakope Indonesia Edisi IV telah memuat metode uji
mikrobiologinya. cara ini diharapkan dapat membantu menentukan jenis dan jumlah
bahan pengawet yang tepat untuk di gunakan pada sediaan uji.
BAB
III
METODELOGI
PERCOBAAN
III.1. Alat dan Bahan
Percobaan
1. Tabung reaksi
2. pipet media
3. Pipet volume
4. Cawan petri
5. botol sirup
6. Bahan pengawet nipagin 10 %
7. Cairan laktose broth
8. suspensi isolat bakteri
9. suspensi isolat kapang
10. sirup
III.2. Prosedur Percobaan
Pengenalan beberapa jenis pengawet.
1. Disiapkan 80 mL media Lactose
broth, 10 mL larutan nipagin stok 10%, 1 isolat suspensi bakteri, 1 isolat
suspensi kapang, 10 tabung reaksi.
2. Suspensi bakteri dan khamir di
ukur kekeruhannya setara dengan T= 25% pada 258 nm dan kapang dengan T=10% pada
panjang gelombang radiasi yang sama.
3. isikan 8mL LB ke tabung reaksi
no. 1,2,3,4. 10 mL LB ke tabung reaksi no.6, 6. 9mL LB ke tabung reaksi
no. 7,8.
4. buat larutan nipagin 5% sebanyak
3ml ditambah dengan 3 ml air steril pada tabung reaksi no.9.
5. tambahkan 1 mL pengawet nipagin
5% pada tabung reaksi no. 1 dan 2, serta 1 mL nipagin 10% pada tabung reaksi
no. 3 dan 4.
6. tambahkan 1 mL susupensi bakteri
pada tabung reaksi no. 1,3, dan 7.
7. Tambahkan 1 mL susupensi kapang
pada tabung reaksi no. 2,4, dan 8.
8. Tabung reaksi no. 5 dan 6 menjadi
larutan blangko untuk bakteri dan kapang dalam pembandingan.
9. Inkubasikan. untuk bakteri di
inkubasi 24 jam dan untuk kapang di inkubasi selama 4 hari.
Pengujian efektivitas bahan pengawet
pada sirup
1. disiapkan sediaan uji 20mL
larutan gula 1015 yang mengandung bahan pengawet nipagin.
2. suspensikan bakteri dan kapang
memiliki kekeruhan dengan T=25% pada 258 nm dan kapang dengan T=10% pada
panjang gelombang radiasi yang sama.
3. isikan 20mL sediaan uji pada dua
botol.
4. pada botol-1 diinokulasikan 1 mL
suspensi bakteri, pada botol-2 diinokulasikan 1 mL suspensi kapang. kemudian
disimpan selama 30 ment pada suhu kamar.
5. pipet @ 1mL sediaan uji dari
setiap botol, dan dimasukkan ke dalam empat cawan petri dan homogenkan.
6. dua cawan petri diisi 15 mL media
NA dan 2 cawan petri lainnya diisi 15 mL media SDA.
7. di inkubasi. pada bakteri di
inkubasi 24 jam dan untuk kapang di inkubasi selama 4 hari.
8. lakukan pengamatan yang sama
setelah penyimpanan sirup selama 7 hari.
BAB
IV
HASIL
PERCOBAAN
BAB
V
PEMBAHASAN
Uji efektivitas bahan pengawet dilakukan untuk menetukan
jenis dan jumlah bahan pengawet yang tepat digunakan pada sediaan uji. Uji
efektivitas bahan pengawet dilakukan secara mikrobiologi dengan menggunakan
media cair Lactose Broth (LB), Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar
(SDA).
- Pengenalan
beberapa jenis pengawet.
Pada praktikum ini, pengenalan jenis pengawet menggunakan
isolat yang terlebih dahulu dilakukan suspensi dan telah diukur kekeruhannya
pada masing-masing isolat untuk bakteri dan kapang/khamir. Isolat bakteri kami
masukkan ke dalam tabung reaksi no. 1, 3 dan 7. Tujuannya untuk mengetahui
apakah sediaan yang diberi bahan pengawet dapat menghambat pertumbuhan bakteri
atau tidak. Sedangkan isolate kapang/khamir kami masukkan ke dalam tabung
reaksi no. 2, 4 dan 8. Tujuannya untuk mengetahui apakah sediaan yang diberi
bahan pengawet dapat menghambat pertumbuhan kapang dan khamir atau tidak.
Masing-masing tabung reaksi tersebut sebelumnya telah di beri cairan Laktose
Broth (LB).
Larutan blangko merupakan larutan yang digunakan sebagai
pembanding. Pada praktikum ini, larutan blangko yang kami buat yaitu dari
cairan Laktose Broth (LB) pada tabung reaksi no. 5 dan 6. Sehingga
parameter yang dapat dilihat adalah kekeruhan yang dihasilkan pada setiap
tabung reaksi yang dibandingkan dengan larutan blangko. Jika tabung reaksi yang
telah diberi pengawet menghasilkan kekeruhan maka bahan pengawet yang kami
gunakan tidak efektif sedangkan jika tabung reaksi tidak mengalami kekeruhan
dan warnanya sama seperti pada larutan blangko maka bahan pengawet yang kami
gunakan efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Nipagin merupakan bahan pengawet obat-obatan. Kami
menambahkan nipagin 5% pada tabung reaksi no. 1 dan 2. Sedangkan nipagin
10% ditambahkan pada tabung reaksi no. 3 dan 4. Perbedaan kadar nipagin pada
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah pengawet yang
tepatdigunakan pada sediaan uji.
Hasil dari praktikum ini yaitu, pada tabung reaksi no. 1,3
dan 7 setelah dilakukan inkubasi selama 24-48jam menghasilkan larutan yang
keruh. Hal ini dapat dibandingkan dengan larutan blangko yang jernih. Warna
keruh yang dihasilkan pada ketiga tabung reaksi tersebut sama berkisar 25%.
Adanya kekeruhan tersebut, maka sediaan yang telah diberi bahan pengawet 5% dan
10% tetap menghasilkan bakteri sehingga pengawet nipagin 5% dan 10% tidak
efektif menghambat pertumbuhan bakteri.
Pada tabung reaksi no. 2, 4 dan 8 setelah dilakukan inkubasi
selama 4 hari menghasilkan larutan yang keruh. Hal ini dapat dibandingkan
dengan larutan blangko yang jernih. Pada tabung reaksi no. 2 dan 8 menghasilkan
warna keruh yang sama berkisar 25% sedangkan pada tabung reaksi no. 4 warna
lebih keruh berkisar 50% . Adanya kekeruhan tersebut, maka sediaan yang telah
diberi bahan pengawet nipagin 5% dan 10% tetap menghasilkan kapang/khamir
sehingga pengawet nipagin 5% dan 10% tidak efektif menghambat pertumbuhan
kapang/khamir.
- Pengujian
efektivitas bahan pengawet pada sirup.
Pada praktikum ini, uji efektivitas bahan pengawet
menggunakan media sirup. Sirup ini di uji dengan menggunakan media Nutrient Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
masing-masing di tambah dengan bahan pengawet nipagin. Media Nutrient Agar (NA) digunakan untuk
mengidentifikasi hasilnya mikroba/bakteri. Dan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) digunakan untuk mengidentifikai
hasilnya kapang dan khamir.
Percobaan ini dilakukan dengan dua kali penyimpanan. Yaitu
pada saat sirup disimpan selama 30 menit dan 7 hari. Tujuannya untuk mengetahui
efektivitas nipagin dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
sirup.
Sirup yang sudah ditambahkan dengan nipagin kemudian di bagi
menjadi dua. Yaitu sirup yang ditambahkan isolate bakteri dan sirup yang
ditambahkan isolate kapang/khamir. Setelah di simpan 30 menit kemudian
masing-masing sirup itu di pindahkan ke media NA dan media SDA lalu di
inkubasi.
Hasil dari praktikum ini adalah, pada media Nutrient Agar (NA) pertama menghasilkan
pertumbuhan mikroorganisme berbentuk koloni yang bertumpuk banyak dan berwarna
putih. Sedangkan pada media Nutrient Agar
(NA) kedua menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme bakteri berbentuk koloni
kecil dan berwarna putih. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada
sirup setelah disimpan selama 30 menit tidak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri secara efektif.
Sedangkan pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) setelah di inkubasi selama 4 hari menghasilkan
pertumbuhan khamir. Hal ini terlihat dari media yang menghasilkaan koloni
berlendir berwarna putih.. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada
sirup setelah disimpan selama 30 menit tidak dapat menghambat pertumbuhan
khamir tapi dapat menghambat pertumbuhan kapang secara efektif.
Sirup yang di di simpan selama 7 hari kemudian dipindahkan
ke media Nutrient Agar (NA) dan media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) untuk
di inkubasi kembali. Tujuannya untuk mengetahui apakah pengawet nipagin pada
sirup yang telah disimpan selama 7 hari ini menghasilkan aktivitas pertumbuhan
bakteri, kapang dan khamir atau tidak sama sekali.
Pada media Nutrient
Agar (NA). pertama menghasilkan pertumbuhan mikroorganisme berupa koloni-koloni
putih. Begitupun pada media NA yang kedua. Kami menyimpulkan koloni-koloni ini
adalah bakteri. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada sirup
setelah disimpan selama 7 hari tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara efektif.
Pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) pertama tidak menghasilkan kapang dan khamir. Begitupun
pada media SDA yang kedua. Dari hasil tersebut maka bahan pengawet nipagin pada
sirup setelah disimpan selama 7 hari tersebut dapat menghambat pertumbuhan
kapang dan khamir secara efektif.
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
- Berdasarkan
pada metode cairan lactose broth (LB), bahan pengawet Nipagin 5% dan 10%
tidak efektif menghambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri, kapang dan
khamir.
- Penambahan
Nipagin pada sirup yang di simpan 30 menit dan 7 hari tidak dapat
menghambat pertumbuhan bakteri secara efektif. sehingga Nipagin semakin
lama aktifitas kerjanya tetap tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
bakteri.
- Penambahan
Nipagin pada sirup yang di simpan selama 30 menit dapat menghambat
pertumbuhan kapang secara efektif tapi menghasilkan pertumbuhan khamir.
Sedangkan penyimpanan pada 7 hari dapat menghambat pertumbuhan kapang dan
khamir secara efektif. sehingga Nipagin semakin lama aktifitas kerjanya
semakin bagus dalam menghambat pertumbuhan kapang dan khamir.