Wednesday 23 October 2013

Spektrofotometer Ultraviolet - Visibel

Teknik spektroskopik adalah salah satu analisis fisiko kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM). Interaksi REM dengan molekul akan menghasilkan satu atau dua macam dari tiga kejadian yang mungkin terjadi sebagai akibat interaksi atom molekul dengan REM adalah hamburan (scattering), absorbsi (absorbtion) dan emisi (emission) REM oleh atom atau molekul yang diamati.

Pada teknik spektroskopik ada dua macam instrumen yaitu spektrometer dan spektrofotometer. Spektrometer menggunakan monokromator celah yang tetap pada bidang fokal, sedangkan spektrofotometer adalah spektrometer yang dilengkapi dengan detektor yang bersifat foto elektrik.

Dalam bidang farmasi, analisis mrnggunakan Spektrofotometer UV-Vis dikenal sebagai metode utama, baik untuk identifikasi, pemeriksaan kemurnian maupun untuk penetapan kadar. Spektrofotometri serap adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik, yang diserap zat. Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang gelombang 190-380 nm) atau pada daerah tampak (panjang gelombang 380-780 nm). 

Suatu molekul akan menyerap energi dari luar apabila energi tersebut besarnya sama dengan energi yang dibutuhkan oleh molekul tersebut untuk melakukan transisi pada level energinya, oleh karena molekul tiap level yang berbeda maka energi yang dibutuhkan oleh senyawa tidak sama, yakni tertentu jumlahnya sesuai dengan rumus :
E = hv = hc/ λ
E = energi (erg)
h = tetapan Planck ( 6,62 x 10-23 erg -sec
v = frekuensi (cps)
c = kecepatan cahaya (3 x 10 10 cm/sec)
λ = panjang gelombang (nm)

Intensitas cahaya yang diserap tergantung dari jumlah molekul atau kadar larutan dari peresap. Ini merupakan dasar dari analisis kuantitatif dan dapat dinyatakan dengan Hukum Beer sebagai berikut:
A = a . b . c
A = resapan
a = daya serap
b = tebal larutan (cm)
c = konsentrasi (g/L)

Penyimpangan-penyimpangan Hukum Beer dapat disebabkan karena kondisi percobaan yang ideal tidak dipenuhi, yaitu:
  1. Cahaya yang tidak cukup monokromatis.
  2. Cahaya sampingan (stay radiation) mengenai detektor.
  3. Kepekaan detektor berubah.
  4. Intensitas sumber cahaya dan amplifier dari detektor berubah-ubah karena tegangan tidak stabil.
  5. Pada disosiasi kesetimbangan kimia berubah, misalnya pada perubahan pH larutan.
  6. Larutan berfluoresensi.
  7. Suhu larutan berubah selama pengukuran.

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment